Obama, Yahudi, dan Kaum Muslimin
Oleh: Zoel Dirga Dinhi (Dosen Akuntansi Universitas Fajar)
Zoel Dirga Dinhi
Presiden Amerika Serikat Barack Obama akan berkunjung ke Indonesia pada 20-22 Maret nanti. Selain di Jakarta, Obama juga berencana akan berkunjung ke Yogyakarta. Pemerintah membuka pintu lebar-lebar terhadapnya karena dianggap akan memberi keuntungan bagi Indonesia. Bahkan, pemerintah meminta rakyat untuk menghormati tamu kehormatan tersebut.
Barack Obama adalah presiden AS menggantikan Presiden George Walker Bush yang kalah pada Pemilu AS tahun 2008. Kemenangannya juga tidak lepas dari campur tangan Yahudi, terbukti saat ia menyampaikan pidatonya di depan AIPAC (American Israel Public Affairs Committee),
sebuah kelompok lobi di AS yang bertujuan melobi Kongres AS dan badan eksekutif pemerintahan dengan tujuan menghasilkan kebijakan yang meningkatkan hubungan dekat antara AS dan Israel.
Dalam pidatonya, Obama berjanji akan membasmi Hamas, menangkap Osama bin Laden, dan menghancurkan Taliban, serta mendukung Israel. Bahkan dalam kampanyenya, Obama menegaskan bahwa dirinya adalah "sahabat sejati" Israel. Obama juga mempertegas bahwa Yerusalem seharusnya menjadi ibukota bagi Negara Yahudi. (eramuslim.com 05/11/08).
Setelah digadang-gadang oleh banyak pihak bahwa Obama akan memberikan perubahan yang berarti bagi dunia Islam, ternyata ia malah melakukan tindakan yang sebaliknya. AS saat ini jelas-jelas tengah menjajah negeri Muslim, seperti Irak dan Afghanistan. AS juga terus menyerang wilayah perbatasan Pakistan dan Afghanistan.
Akibatnya, negara-negara itu kini hancur berantakan. Bukan hanya secara fisik, tapi juga secara sosial, politik, ekonomi dan budaya. Tak terhitung besarnya kerugian yang ditimbulkan. Ratusan ribu bahkan mungkin jutaan rakyat di sana meninggal karenanya.
Berdasarkan penelitian John Hopkins University, akibat invasi AS ke Irak sejak tahun 2003, lebih dari satu juta warga sipil Irak tewas. Siapa yang harus bertanggung jawab atas semua tragedi ini? AS pastinya.
Hingga kini, negara itu dipimpin oleh Obama. Memang dulu ketika AS menginvasi Irak dan Afghanistan, AS dipimpin oleh Presiden Bush. Tapi Obama tidak mengubah kebijakan biadab itu. Meskipun pernah ada rencana untuk menarik pasukan dari Irak, tetapi sampai sekarang belum diwujudkan.
Bersamaan dengan dianugerahinya Nobel Perdamaian, ia bahkan sudah memutuskan menambah 30 ribu pasukan ke Afghanistan. Itu artinya tingkat kerusakan dan penderitaan rakyat di sana, termasuk yang kemungkinan bakal tewas, akan semakin meningkat.
Sosok presiden seperti itulah yang rencananya akan mengunjungi negeri kita. Sebuah sosok yang kejam, yang tidak beda dengan Bush, yang tangannya berlumuran darah dan yang tidak memiliki rasa belas kasih sedikitpun.
Hingga sekarang, ia bahkan tidak sedikitpun mengungkapkan rasa simpati terhadap para korban tragedi Gaza setahun lalu. Jangankan bersimpati terhadap korban atau kutukan terhadap pelaku, menyinggung peristiwa itu saja tidak pernah ia lakukan.
Dalam pidato inaugurasi atau pelantikannya sebagai presiden, tak sedikit pun ia menyinggung soal Gaza. Padahal itu peristiwa besar dengan korban lebih dari 1.300 orang tewas, yang telah menarik perhatian masyarakat dunia. Tapi bagi Obama, tragedi Gaza itu seolah tidak pernah ada.
Menurut Juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia, M Ismail Yusanto, sudah seharusnya sebagai negara yang berdaulat, Indonesia, dalam pembukaan konstitusi telah menegaskan penentangannya terhadap segala bentuk penjajahan, dan karenanya penjajahan itu harus dihapuskan.
Dalam konteks Obama, jika ingin konsisten dengan prinsip ini, sudah semestinya Indonesia juga harus menentang penjajahan yang dilakukan oleh AS di Irak dan Afghanistan. Dan bentuk paling ringan penentangan itu adalah menolak kehadiran presiden dari negara penjajah itu.
Jika pemerintah tidak mampu melakukan hal sekecil itu, berarti pemerintah semakin menegaskan bahwa Indonesia merupakan negara bermental terjajah yang akan terlihat kecil di hadapan negara lainnya.
Agenda Ideologis
Tujuan kunjungan Obama ke Indonesia tidak hanya akan melakukan kunjungan kenegaraan, apalagi dengan alasan akan mengunjungi rumah masa kecilnya di kawasan Menteng dan menikmati makanan favoritnya semasa tinggal di Jakarta.
Memang ada nuansa nostalgia karena Obama semasa kecil pernah sekolah di sana. Tapi itu amat sangat tidak penting. Kita jangan terkecoh. Tidak mungkinlah presiden dari sebuah negara imperialis sebesar AS datang ke sebuah negara untuk sekadar bernostalgia.
Lebih dari itu, rencananya Obama dan Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono akan secara resmi meluncurkan United States-Indonesia Comprehensive Partnership, sebuah inisiatif di mana AS akan memperluas dan memperkuat hubungan dengan Indonesia untuk menangani isu-isu regional dan global.
Bahkan menurut Dino Patti Djalal, juru bicara presiden, akan ada diskusi tentang penyusunan isi kemitraan komprehensif yang akan diluncurkan. Makna dari kunjungan adalah untuk mengintensifkan hubungan Indonesia-AS untuk beradaptasi dengan tantangan abad ke-21. (indomagz.com 02/02/10)
Kemitraan tersebut juga dimaksudkan untuk lebih merekatkan tali kerja sama kedua belah pihak.
Tidak hanya menyangkut satu isu, tetapi juga hubungan yang lebih merata, baik di bidang energi, iptek, perdagangan, investasi, pendidikan, dan lain sebagainya.
Pastilah ada agenda untuk mengokohkan kepentingan politik dan ekonomi AS di negeri ini. Indonesia adalah negara yang sungguh penting buat AS. Indonesia merupakan negara Muslim terbesar di dunia. Kaya sumberdaya alam, khususnya energi. Pasar yang sangat potensial untuk produk-produk ekspor AS.
Sangat banyak perusahaan AS di bidang migas seperti Chevron dan Exxon Mobil serta perusahaan pertambangan seperti Freeport Mc Moran yang beroperasi di Indonesia. Dari perusahaan-perusahaan itulah, sangat banyak AS menikmati kekayaan negeri ini.
Apalagi kini AS tengah bersaing secara ekonomi dengan China. Kunjungan Obama ke Indonesia untuk memastikan bahwa Indonesia tetap dalam genggamannya.
Kemudian apa keuntungan yang didapat Indonesia? Mungkin saja ada keuntungan, tapi bila dibandingkan dengan kerugian, pasti kerugian itu lebih besar.
Kita selama ini memang telah dikungkungi rasa takut. Seolah kita akan hancur bila melawan AS. Tapi lihatlah negara seperti Venezuela, Bolivia, dan negara-negara Amerika Latin. Juga Iran yang berani tegas terhadap AS, buktinya mereka tidak hancur. Bahkan dengan cara itu, mereka justru makin maju.
Iran bisa terus memanfaatkan nuklir untuk sumber energi. Lebih dari 80 persen hasil migas Venezuela dan Bolivia kini bisa dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyatnya. Ini jumlah yang berkebalikan dari sebelumnya yang hanya 20 persen. Itu semua didapat melalui program nasionalisasi yang tentu amat ditentang oleh AS.
Jadi justru karena menentang AS mereka menjadi untung, bukan buntung. Sementara kita hanya bisa terus mengemis kepada AS. Sudah saatnyalah negeri ini tidak dipandang sebelah mata oleh negara-negara lain sebagaimana Khilafah Islamiyah dulu pernah mengukir tinta emas kejayaan Islam dan melindungi hak-hak kaum muslim dan nonmuslim di dalamnya, bahkan beratus tahun lamanya menjadi negara super power yang beradab dan bermartabat. (**)
Jumat, 12 Maret 2010
Obama, Yahudi, dan Kaum Muslimin
Rabu, 10 Maret 2010
Baca keseluruhan isinya!
Alkisah, seorang pemuda sedang berpergian naik pesawat dari kota Bandar Lampung menuju Jakarta. Disampingnya duduk seorang ibu yang sudah berumur. Si pemuda menyapa, dan tak lama mereka terlarut dalam obrolan ringan.” Ibu, ada acara apa pergi ke Jakarta ?” tanya si pemuda. “Oh… saya mau ke Jakarta terus “connecting flight” ke Singapore nengokin anak saya yang ke dua”,jawab ibu itu.” Wouw… hebat sekali putra ibu” pemuda itu menyahut dan terdiam sejenak.
Pemuda itu merenung. Dengan keberanian yang didasari rasa ingin tahu pemuda itu melanjutkan pertanyaannya.” Kalau saya tidak salah ,anak yang di Singapore tadi , putra yang kedua ya bu??Bagaimana dengan kakak adik-adik nya??”” Oh ya tentu ” si Ibu bercerita :”Anak saya yang ketiga seorang dokter di Malang, yang keempat kerja di perkebunan di Bandung, yang kelima menjadi arsitek di Jakarta, yang keenam menjadi kepala cabang bank di Purwokerto, yang ke tujuh menjadi Dosen di Semarang.””
Pemuda tadi diam, hebat ibu ini, bisa mendidik anak-anaknya dengan sangat baik, dari anak kedua sampai ke tujuh. ” Terus bagaimana dengan anak pertama ibu ??”Sambil menghela napas panjang, ibu itu menjawab, ” anak saya yang pertama menjadi petani di Godean Jogja nak”. Dia menggarap sawahnya sendiri yang tidak terlalu lebar.”
Pemuda itu segera menyahut, “Maaf ya Bu….. mungkin ibu agak kecewa ya dengan anak pertama ibu, adik-adiknya berpendidikan tinggi dan sukses di pekerjaannya, sedang dia menjadi petani ??? “
….Dengan tersenyum ibu itu menjawab,
” Ooo …tidak tidak begitu nak….Justru saya sangat bangga dengan anak pertama saya, karena dialah yang membiayai sekolah semua adik-adiknya dari hasil dia bertani”
Note :
Hikmah : Semua orang di dunia ini penting. Buka matamu, pikiranmu, hatimu. Intinya adalah kita tidak bisa membuat ringkasan sebelum kita membaca buku itu sampai selesai. Hal yang paling penting adalah bukanlah SIAPAKAH KAMU tetapi APA YANG SUDAH KAMU LAKUKAN”
Senin, 01 Maret 2010
UNTUK ANDA YANG JENUH DALAM HIDUP
Seorang pria mendatangi Sang Guru sambil berkata, "Guru, saya sudah bosan hidup. Sudah jenuh betul. Rumah tangga saya berantakan. Usaha saya kacau. Apa pun yang saya lakukan selalu berantakan. Saya ingin mati saja.
"Sang Guru tersenyum, "Oh, kamu sakit". "Tidak Guru, saya tidak sakit. Saya sehat. Hanya jenuh dengan kehidupan. Itu sebabnya saya ingin mati". Seolah-olah tidak mendengar pembelaan pria itu, Sang Guru meneruskan, "Kamu sakit. Dan penyakitmu itu dinamakan Alergi Hidup."
Banyak sekali di antara kita yang alergi terhadap kehidupan. Kemudian, tanpa disadari kita melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma kehidupan. Sungai kehidupan ini mengalir terus, tetapi kita menginginkan status-quo. Kita berhenti di tempat, kita tidak ikut mengalir. Itu sebabnya kita jatuh sakit. Kita mengundang penyakit. Resistensi kita, penolakan kita untuk ikut mengalir bersama kehidupan membuat kita sakit. Yang namanya usaha, pasti ada pasang-surutnya. Dalam hal berumah tangga, bentrokan-bentrokan kecil itu lumrah. Persahabatan pun tidak selalu langgeng. Apa sih yang langgeng, yang abadi dalam hidup ini? Kita tidak menyadari sifat kehidupan. Kita ingin mempertahankan suatu keadaan. Kemudian kita gagal, kecewa, dan menderita.
"Penyakitmu itu bisa disembuhkan, asal kamu ingin sembuh dan bersedia mengikuti petunjukku," kata Sang Guru. "Tidak Guru, tidak! Saya sudah betul-betul bosan. Saya tidak ingin hidup," pria itu menolak tawaran sang guru.
"Jadi kamu tidak ingin sembuh. Kamu betul-betul ingin mati?". Pria itu menjawab, "Ya, memang saya sudah bosan hidup". Sang Guru kembali berkata, "Baiklah, kalau begitu maumu. Ambillah botol obat ini. Setengah botol diminum malam ini, setengah botol lagi besok petang. Besok malam kau akan mati dengan tenang."
Giliran pria itu jadi bingung. Setiap guru yang ia datangi selama ini selalu
berupaya untuk memberikannya semangat hidup. Yang satu ini aneh. Ia malah menawarkan racun. Tetapi karena ia memang sudah betul-betul jemu, ia menerimanya dengan senang hati.
Sesampai di rumah, ia langsung menenggak setengah botol "obat" dari Sang Guru. Dan... ia merasakan ketenangan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya.. . Begitu santai! Tinggal 1 malam, 1 hari, dan ia akan mati. Ia akan terbebaskan dari segala macam masalah. Malam itu, ia memutuskan untuk makan malam bersama keluarga di restoran Jepang. Sesuatu yang sudah tidak pernah ia lakukan selama beberapa tahun
terakhir.
Pikir-pikir malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis. Sambil makan, ia bersenda gurau. Suasananya santai banget! Sebelum tidur, ia mencium istrinya dan berbisik, "Sayang, aku mencintaimu. " Esoknya bangun tidur, ia membuka jendela kamar dan melihat ke luar. Tiupan angin pagi menyegarkan tubuhnya dan ia tergerak untuk melakukan jalan pagi. Pulang ke rumah setengah jam kemudian, ia melihat istrinya
masih tertidur. Tanpa membangunkannya, ia masuk dapur dan membuat 2 cangkir kopi. Satu untuk dirinya, satu lagi untuk istrinya. Karena pagi itu adalah pagi terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis! Sang istri pun merasa aneh sekali. Selama ini, mungkin aku salah, "Maafkan aku, sayang."
Di kantor, ia menyapa setiap orang. Stafnya pun bingung, "Hari ini, Boss kita kok aneh ya?" Dan sikap mereka pun langsung berubah. Mereka menjadi lembut. Karena siang itu adalah siang terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis! Tiba-tiba, segala sesuatu di sekitarnya berubah. Ia menjadi ramah dan lebih toleran, bahkan apresiatif
terhadap perbedaan pendapat. Tiba-tiba hidup menjadi indah. Ia mulai menikmatinya. Pulang ke rumah petang itu, ia menemukan istri tercinta menungguinya di beranda. Kali ini justru sang istri yang memberikan ciuman kepadanya, "Sayang, sekali lagiaku minta maaf, kalau selama ini aku selalu merepotkan kamu." Anak-anak pun tidak
ingin ketinggalan, "Pa, maafkan kami semua. Selama ini Papa selalu stress karena perilaku kami."
Tiba-tiba, sungai kehidupannya mengalir kembali. Seketika hidup menjadi sangat indah. Ia mengurungkan niatnya untuk bunuh diri. Tetapi bagaimana dengan setengah botol yang sudah ia minum? Ia mendatangi Sang Guru lagi. Melihat wajah pria itu, Sang Guru langsung mengetahui apa yang telah terjadi, "Buang saja botol itu. Isinya air biasa kok.
Kau sudah sembuh! JIKA KAU HIDUP DALAM KEKINIAN, JIKA KAU HIDUP DENGAN KESADARAN BAHWA ENGKAU BISA MATI KAPAN SAJA, MAKA KAU AKAN MENIKMATI SETIAP DETIK KEHIDUPANMU. Hilangkan egomu,keangkuhanmu. Jadilah lembut, selembut air, dan mengalirlah bersama sungai kehidupan. Kau tidak akan bosan. Kau akan merasa hidup. Itulah rahasia kehidupan. Itulah jalan menuju ketenangan. Itulah kunci kebahagiaan."
Pria itu mengucapkan terima kasih, lalu pulang untuk mengulangi pengalaman sehari terakhirnya. Ia terus mengalir. Kini ia selalu hidup dengan kesadaran bahwa ia bisa mati kapan saja. Itulah sebabnya, ia selalu tenang, selalu bahagia!
Tapi tunggu... Kita semua SUDAH TAHU bahwa kita BISA MATI KAPAN SAJA. Tapi masalahnya: apakah kita SELALU SADAR bahwa kita BISA MATI KAPAN SAJA? Nah!